-->
Nyalakan.com

follow us

Hanya Lebah Pekerja Yang Menyengat

Tau lebah? Pasti dong anda semua mengenal lebah. Makhluk kecil yang unik ini layak untuk dipelajari. Mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut hehehe itupun kalo dia punya rambut.

Tapi lebih dari itu lebah adalah salah satu makhluk Allah SWT yang namanya di sebut di dalam Alquran. Kitab Suci Umat Islam. Nah mustahilkan jika anda seorang muslim tidak mengenal siapa dan apa itu lebah. Jika belum berikut saya jelaskan sedikit di surat dan ayat keberapa lebah tersebut di -sebut- di dalam Alquran.

Dalam ayat 68-69 surah An-Nahl Allah SWT berfirman: "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian, makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar, minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia."
Hums, silahkan dibuka kitabnya lalu cari dan bagaimana bunyinya. Semoga menginspirasi.

Tapi kembali lagi pokok bahasan kita. Hanya lebah pekerja yang bersengat. Tentunya anda berpikir apa hubungannya dengan manusia? Begini, dalam struktur koloni atau kelompok lebah. Ada yang namanya Ratu, Raja dan Pekerja.  Kalau dilihat fungsi dan peranannya lebah Ratu kerjanya adalah bertelur, dan menghasilkan lebah baru, sedangkan raja kerjanya mendampingi sang ratu. Sedangkan lebah pekerja kerjanya ya bekerja.

Makin bingung? Begini  dalam kehidupan kita sebagai manusia banyak karakter dan sifat manusia yang kita temui. Termasuk mereka yang seperti lebah pekerja. Bahkan lebih parah dari lebah pekerja. Lebah pekerja bersengat untuk melindungi dia dari pelaksanaan tugasnya. Sedangkan manusia? Kebanyakan bersengat tapi malah hanya ngomong doang. Lebah pekerja rela mati dengan menyengat itu dilakukan untuk melindungi koloninya dari serangan binatang lain -termasuk manusia-.

Bedanya dengan manusia yang bersengat? Itu hanya mulutnya, tapi bekerja enggak, hanya ngomen ini dan itu, ini salah itu salah. Tapi coba kalau dia yang bekerja eh malah mlempem kaya kue apem jatuh ke comberan. Ya kasarnya begitu. Kebanyakan dari manusia yang bersengat justru hanya banyak omong, komen ini komen itu. Nyalahin pekerjaan orang. Tapi kalo dia yang kerja justru malah nol besar.

Etisnya seorang -manusia- kalo mo ngomong ya mbo dipikir dulu. Jangan malah asal ngomong, apalagi suka ngomong dibelakang. Apalagi update status di sosial media. Haduuuh... Dunia ini apa gitu, Kalo umur -simanusia- masih status di bawah brlasan tahun, ya ga pa pa bikin status kaya gituan. Ya jatuhnya masih masih remaja labil gitu alias anak alay. Nah lo ini udah punya anak, istri, bahkan udah punya anak fidk juga dengan -titel- keagamaan di buntut nama. Apa iya masih pantas ngomong bersengat begitu? Alay an kaya remaja labil di sosmed? (jawab sendiri).

Terlepas dari alasan-alasan pribadi dan rasa dongkol di hati. Sebaiknya dan ada baiknya. Kita yang sebenarnya sudah tua. Saling berbicara dengan cara yang baik. Dengan etika yang santun, toh gak ada yang tertutup jika kita mencoba untuk berlapang dada dan -open mind- iya toh?. Ya semua Kembali kepada pribadi masing-masing. Bisa tidaknya mengontrol hati, memeneg perasaan dan hasrat alayers kita sebagai -manusia- yang memiliki anak didik. Toh semua akan baik-baik saja jika kita memulainya dengan baik-baik? Janganlah bersengat, karena suatu saat justru membuat anda mati sendiri. Ibarat lebah pekerja tadi. Kalo dia udah menyengat konsekuensinya dia akan mati setelah menyengat. Nah pertanyaannya, Untuk apa kita menyengat? Kalo lebah pekerja menyengat punya alasan yang jelas, yaitu mempertahankan koloninya, kehidupannya dan membela diri dari ancaman yang berbahaya. Nah kita -manusia- ? Apa alasannya kita menyengat orang lain? Apa dia musuh kita? Ancaman berbahaya buat kita? Atau jangan-jangan kita saja yang memiliki perasaan begitu. Ingat prasangka itu adalah penyakit hati. Kalau hati yang sudah sakit. Ya kembali lah kepada yang punya hati. Istigfar, bersabar dan meminta ampunan.

Catatan ini hanya untuk renungan. Bukan menghakimi seseorang ataupun mencela. Semoga kita dilindungi dari sifat suka membaca di belakang, suka menyebut keburukan apalagi membicarakannya. Trims telah berkunjung

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar