-->
Nyalakan.com

follow us

Rokok

ROKOK

Suatu hari saya sedang bersantai-santai di teras rumah. Datanglah seorang tetangga menghampiri saya dengan senyum khas di wajahnya. Ia datang dengan meneteng kresek kecil warna hitam, di dalam kresek itu ada berbagai macam rokok. Seperti rokok S***, Sam***, C***, D***, dan lainnya. Kemudian ia menawarkan rokok-rokok itu pada saya (untuk saya pilih) sebatang pun dua batang dari rokok yang ada dalam kresek itu.

Saya tahu betul apa maksud yang akan disampaikan tetangga itu. Sudah menjadi tradisi memang, di Ranah Minang ini, khususnya di kampung tempat tinggal saya, rokok sudah menjadi alat atau media dalam penyampaian pesan. Rokok menjadi perantara komunikasi dari kominakator kepada komunikan. Dalam hal ini rokok bertujuan sebagai media undangan agar penerima rokok bersedia menghadiri walimah (baralek) yang disampaikan oleh pemberi rokok tersebut. Dengan itulah, salah satu cara pendekatan emosional sekaligus penarik rasa sehingga si penerima rokok bersedia untuk datang menghadiri undangan tersebut.

Disisi lain rokok juga bisa menjadikan keakraban dalam pergaulan. Misalnya ketika seseorang sedang duduk di sebuah warung, kemudian ia letakkan rokok itu di atas meja dan menawarkan kepada teman-teman yang ada di warung itu. Maka ia akan diterima di lingkungan tersebut. Begitulah cara bergaul kebanyak pemuda di desa saya. Melalui rokok, keakraban pun terjalin dengan baik.

Bila rokok diletakkan di atas meja, itu berarti seseorang itu sudah luas pergaulannya. Bilamana seseorang itu menyimpan rokoknya dalam saku, maka orang tersebut akan dikatakan sangat sempit pergaulannya, ia akan dinilai tidak pandai cara bergaul.

Peran rokok pun  sudah menjadi tradisi di kalangan pelajar. Ironinya adalah, banyak dari kalangan pelajar yang sudah ikut-ikutan tradisi itu, tanpa memikirkan dampak dan akibat dari bahaya rokok bagi kesehatan dan uang jajannya. Suatu ketika pula, saya sempat duduk di warung di dekat sebuah sekolah. Di warung itu sangat ramai anak sekolah yang menghabiskan waktu istirahatnya dengan merokok bareng. Mereka sangat menikmati hisapan demi hisapan rokok itu. Sembari bercerita satu sama lain. Mereka lebih memilih merokok ketimbang jajan yang lainnya.

Kalau ada pelajar (laki-laki) yang tak merokok maka akan dikatakan tidak gaul, tidak keren, culun, lemot, dan sebagainya. Mental-mental pelajar sudah sangat jauh dari tujuan belajar itu sendiri yang akan membentuk karakter yang baik, mental yang positif, integritas keilmuan yang memadai. Mental-mental yang ditimbulkan akibat pergaulan rokok akan menjadi negatif. Betapa buruknya jika mental-mental itu dibawa hingga bertambahnya usia mereka.

Maka seperti itulah keberlangsungan sebuah tradisi yang turun temurun. Merambah ke masyarakat luas, sehingga rokok sudah menjadi tradisi dalam bersosialisasi dalam pergaulan.

Saya tersenyum ketika tetangga itu menawarkan rokok pada saya. Kebetulan saya tidak merokok menjadi ragu untuk mengambilnya. Kalau tak diambil nanti takut menyakiti hati tetangga itu. Kalau diterima, saya tidak memerlukannya, di rumah saya pun tak ada yang merokok, takutnya mubazir. Dengan sedikit ragu, saya terima juga pemberiannya, sembari mendengarkan maksud dan tujuannya yang ia sampaikan itu.

Di kampung saya, bila ada anak-kemenakan yang melangsungkan pernikahan, maka kerabat dari yang bersangkutan akan mendatangi rumah-rumah warga untuk mengajak menghadiri acara walimah itu. Bila yang diundang adalah kaum bapak-bapak, maka akan diberi rokok. Begitulah cara yang sudah mentradisi di kampung saya. Sesuatu yang sudah semestinya ditinggalkan, dan dicari gantinya dengan yang lebih baik.


Dengan cara menghilangkan tradisi seperti itu, maka akan membantu atas penjegahan pada generasi muda yang akan mewarisi hal tersebut. Bila dari orang tua sudah membiarkan sebuah tradisi itu tetap berlangsung, maka generasi selanjutnya akan mengikuti jejak orangtua mereka. Itu pasti. Sebab, bak pepatah kata, “buah itu jatuh tak jauh dari pohon”. Renungkanlah!

Mantagi Acet Asrival yang memiliki nama asli Asrival. Asal Ampang Kuranji. Adalah Alumni MTsN Koto Baru Dharmasraya dengan tahun lulus 2008. Semasa mengeyam pendidikan di MTsN Koto Baru Dharmasraya Acet menempati kelas IX.2 dengan walkes masa itu adalah Buk Nen. Sekarang yang bersangkutan sedang menempuh semester akhir di Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu al-Qur'an (STAIPIQ Sumbar). Juga bergiat di Forum Lingkar Pena Sumbar. Menulis di beberapa media cetak dan online. (isi diluar tanggungjawab admin)

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar