Impian-impian kecilmu masih setia mengurai-ngurai cakrawala.
Detik-detik yang tercecer selalu kupungut dengan sabar sebelum kutuang dalam cangkir. Kuletakkan baik-baik langkahku di sebuah laci, agar tak terganggu senja itu.
Tengkukmu tetap gagah. Di atas sana. Di balik punggung bukit itu.
Sebelum sore menjelang, harapku terserap akar pohon ke perbatasan yang ditumbuhi perdu. Bunyi-bunyian di sana pun tak akan kuperdengarkan padamu.
Selamat menikmati langitmu. Sudah dekat dengan sempurna. Takkan pernah kuganggu. Merawat senjamu adalah ibadah yang kau tak perlu tahu.
Detik-detik yang tercecer selalu kupungut dengan sabar sebelum kutuang dalam cangkir. Kuletakkan baik-baik langkahku di sebuah laci, agar tak terganggu senja itu.
Tengkukmu tetap gagah. Di atas sana. Di balik punggung bukit itu.
Sebelum sore menjelang, harapku terserap akar pohon ke perbatasan yang ditumbuhi perdu. Bunyi-bunyian di sana pun tak akan kuperdengarkan padamu.
Selamat menikmati langitmu. Sudah dekat dengan sempurna. Takkan pernah kuganggu. Merawat senjamu adalah ibadah yang kau tak perlu tahu.
Puisi oleh Suci "Karucit" Amanda, diterbitkan oleh nyalakan.com