-->
Nyalakan.com

follow us

Poligami Dan Seni Manusia Memikirkan Hukum Tuhan

Nyalakan.com - Sesuai judulnya, Mari kita renungkan sedikit. Tapi baca dulu sampai selesai, Dan ini Hanyalah opini. Jika ada tambahan silahkan layangkan melalui kontak. Pastikan ada dalil dan dasar yang jelas ya. 

1. Saat ditemukan fakta ilmiah bahwa bumi berotasi. Bahwa benda-benda langit berevolusi pada lintasan masing-masing, kemudian manusia merujuk pada beberapa ayat Alquran yang diturunkan jauh sebelum teori-teori ada. Mereka pun terperangah, lalu menyadari, Wah, ternyata Tuhan telah sampai ke kesimpulan, jauh-jauh hari. Dan di dalam sejarah butuh waktu panjang untuk sekadar membuktikan hal ini. Mulai dari Copernicus hingga Galileo. Yang melibatkan pula terbunuhnya sang ahli. Hal yang sama juga berlaku untuk hukum permbedaan waktu antargalaksi.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan” (QS. 27: 88).
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. 21:33)
 2. Hal yang sama juga terjadi ketika manusia menemukan bahwa mereka diciptakan dari sel sperma, bahwa ada dua laut yang bertemu tapi tidak bercampur, bahwa hal tersebut juga tertulis di Alquran. Mereka pun terperangah, lalu menyadari, Wah, ternyata Tuhan telah sampai ke kesimpulan, jauh-jauh hari. Dan di dalam sejarah butuh waktu panjang untuk sekadar membuktikan hal ini.

3. Saat penelitian ilmiah menyatakan bahwa tidur siang membawa dampak pada bagi kesehatan. Manusia pun kembali dicengangkan oleh kebiasaan Nabi Muhammad tidur siang sebelum salat Zuhur. Mereka pun terperangah, lalu menyadari, Wah, ternyata Tuhan telah sampai ke kesimpulan, jauh-jauh hari. Dan di dalam sejarah butuh waktu panjang untuk sekadar membuktikan hal ini

Akan tetapi, 

4. Ketika seorang perempuan memberi kesaksian bahwa ia merasa menderita karena poligami, ratusan orang di luar sana tanpa sadar menyetujui, tanpa sadar di dalam rasa setuju itu ada dua mata pisau. 

5. Bagaimana jika “keluhan” dari seorang perempuan tersebut justru membuat mereka menjadi sangsi terhadap hukum Tuhan? Bagaimana jika dengan pikiran yang disebar itu, beberapa orang-orang yang telah menyiapkan mental lahir dan batin, dan berniat berpoligami menjadi mengurungkan niatnya? Apakah Tuhan menciptakan satu ritual ibadah untuk membuat manusia menderita?

6. Dan bagaimana, bila di suatu saat kelak, ada seorang ahli yang melakukan penelitian terhadap keluarga yang berpoligami bahwa ternyata mereka lebih sehat atau lebih bahagia? Saya yakin banyak orang akan berubah pikiran. 

Buktinya

a. Ketika ada penelitian mengatakan bahwa meminum urin adalah bagian dari pengobatan, beberapa orang mengikutinya.

b. Ketika ada penelitian mengatakan bahwa lintah bermanfaat untuk perawatan kesehatan, orang-orang pun mengikutinya.

Kita manusia, selalu yakin, dengan sesuatu yang telah diteliti-sahkan bukan?

7. Kita manusia, selalu berdasarkan teori-teori. Sementara, Tuhan sudah sampai ke kesimpulan beribu-ribu tahun sebelumnya. Apakah kita hanya akan mengamini yang telah terbukti saja? Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi beberapa ratus tahun kelak.

8. Bahwa hukum poligami turun dalam rangka membatasi perkawinan. Di zaman Nabi saat itu, seorang lelaki bisa menikah tanpa batasan. Agaknya Tuhan tahu bahwa manusia membutuhkan ruang. Ia memberi ruang hingga 4.

9. Bahwa angka hingga 4 ini pun tertulis dalam satu ayat yang posisinya berakhir dengan pilihan. Jika yakin dibolehkan. Jika tidak, satu saja cukup. Dalam arti lain, dua-duanya adalah perkara yang diperbolehkan. Maka, memaki atau membenci orang-orang yang berpoligami--terlepas apa yang mendasari ia melakukannya--bukankah hampir mendekati tindakan mempertanyakan Tuhan?

10. Bahwa saat ini pemikiran umat Islam tidak dipecah belah melalui perang, tapi melalui hal-hal kecil yang sulit disadari. Ambil contoh pemikiran yang mengatakan bahwa seharusnya ibadah tidak harus dilakukan di hari-hari tertentu kalau kita benar-benar sayang kepada Tuhan. Tidak harus menunggu Malam Jumat misalnya. Saya sadar bahwa ada banyak orang yang sudah sampai tahap demikian. Akan tetapi, orang yang mengkhususkan akan beribadah pada waktu tertentu berdasarkan hadis, bukan berarti ia salah. Toh, intruksinya sudah jelas. Nah, jangan sampai kegemaran terhadap pikiran bahwa ibadah paling baik adalah ikhlas tidak mengenal waktu dan tempat, membuat kita merendahkan orang-orang yang ingin pahalanya berlipat dengan melakukan ibadah-ibadah khusus.

Inilah PR besar muslim saat ini. Membedakan hal-hal yang halus dan kecil. Yang nyaris tidak terlihat tapi membawa bahaya. Semacam virus. Kecil. Kecil. Lalu membersar.

11. Bahwa ada dua cerita:

a. Di Sumatera Barat ada seorang suami yang istrinya terkena penyakit parah. Sang Istri menyarankan suami untuk menikah lagi. Akan tetapi, hingga hari ini Suaminya memilih untuk mengabdikan diri, beribadah dengan merawat istrinya saja.

b. Di suatu daerah lain, ada seorang istri yang siap menjalankan ibadah poligami. Ia membantu suaminya meminta izin pada kerabat mereka. Saat ini, ia hidup dengan cara itu.

Dari cerita tersebut, jelas, bahwa di dunia ini, akan ada orang yang cenderung untuk menikah dengan satu orang saja dan ada yang tidak. Ada perempuan yang ikhlas dipoligami ada yang tidak. Dan jelas pula, untuk orang yang ingin berpoligami maka ia harus menikahi pasangan yang memiliki kesiapan untuk hal tersebut. Pun sebaliknya.

Maka, jelas juga, bahwa mendebatkan orang-orang yang menjalani ibadah ini agaknya merupakan perkara yang sebaiknya ditinggalkan.

12. Bahwa poligami tidak dibiarkan begitu saja. Pelakunya harus adil. Yang tidak adil akan berjalan miring di akhirat. Itu Sabda Nabi.

13. Bahwa hal ini bukan perkara mainan atau tertawaan. Bukan perkara yang digunakan untuk mencaci maki orang. Pak Ustad Masjid Sebelah pernah ceramah, “Tidak layak seorang suami bercanda dengan mengatakan bahwa ia berniat menikah lagi karena hal itu akan membuat hati istri mereka sakit. Menyakiti orang bukanlah akhlak terpuji.” 

14. Bahwa memang ada perempuan yang menderita ketika di poligami. Ya, benar. Aisyah pun cemburu berulang-ulang kali. Tapi, saran saya, untuk yang sudah terlanjur dan ternyata menemukan dirinya tidak ikhlas ada baiknya bersabar atau diam. Seandainya memang keadaan mengharuskan berpisah, sikap tenang agar terlepas dari sikap mengumbar-umbar masalah ke hadapan umum diperlukan. Di hadapan umum, tidak sedikit contoh keinginan sekadar curhat yang berakhir buruk.

Lagipula, hakikat kehidupan muslim bukan di dunia. Kehidupan sesungguhnya adalah akhirat. Dunia adalah ujian bagi Muslim. Tuhan sudah mengatakan bahwa di dunia ini, muslim dibantai, diperangi, dan diberi bencana. Akan tetapi, semua ujian tersebut bertujuan untuk menghapuskan dosa-dosa mereka.

Ketika keadaan dipoligami terasa benar-benar berat cobalah ingat

Bahwa perempuan yang terluka bukan satu-satunya orang yang diuji kesabarannya di dunia ini. Jika Bilal sang budak sempat berpikiran “Ah, gara-gara Islam aku dihimpit batu dan dihinakan,” tidak akan ada kisah tentang dia.

Jika Hasan dan Husein yang kematiannya telah dikabarkan Jibril dalam hidupnya berkata,” Gara-gara Islam kami dibunuh. Kepala salah satu dari kami dijadikan tertawaan dan jantung kami dikunyah.” Tidak akan ada kisah tentang mereka.

Jika Nabi Ibrahim protes dan berkata,” Gara-gara Islam saya harus menyembelih anak saya sendiri.” Tidak akan ada kisah tentang kebesaran hati Ibrahim.

Apakah perempuan yang diuji dengan poligami juga tidak bisa belajar dari banyak kisah tersebut. Atau apakah kita juga harus berkata,” Gara-gara ibadah poligami, aku menderita?” 

Bersabarlah selagi bisa. Hidup tidak lama. Dan tidak mudah tentu saja.

15. Akan ada keadaan yang membutuhkan poligami.

a. Di dalam negara perang saat pemuda banyak dibunuh. Negara tersebut butuh penerus yang lahir dari rahim perempuan-perempuan mereka.

b. Para janda dengan banyak tanggungan. Atau janda yang dihina, mungkin digoda, sementara tidak ada orang lain yang ingin menyelamatkan kehormatannya selain seorang pria yang sudah menikah misalnya.

Itu, analisis bodoh-bodohan saya aja sih. Hehehe.

16. Ada orang yang menikah dengan boneka di dunia ini, ada yang menikah dengan diri sendiri, ada yang menikahi sesama jenis, ada perempuan yang tidak mau menutupi dada, ada yang ikhas dipoligami, ada yang tidak.  Lihat? Pikiran manusia sama sekali tak terbatas. Lalu kemana patokan kita?

Saya pikir kita harus berterima kasih kepada agama, yang paling tidak telah mematok segala hal sehingga kita lebih terarah. Karena Agama juga kan sebagian kita tersenyum ketika bertemu orang? Memberi hadiah? Berdoa sebelum bepergian? 

17. Sekali lagi, Tuhan sesungguhnya memberi kebebasan. Tidak ada pemaksaan dalam agama. Jika mau silakan. Jika tidak silakan. Tapi tolong, jangan menghalangi ibadah orang dengan ketidaksenangan pribadi terhadap ibadah tertentu. Turut menyebarkan rumor buruk tentang ibadah. Dan jangan sampai terjerumus kepada sedikit pun rasa benci terhadap hukum Tuhan. 

19. Tidak ada yang bisa menjamin orang yang bersama sampai akhir hayat pasti bahagia. Tidak ada juga yang bisa menjamin orang dengan istri 2 atau 3 pasti bahagia. Probabilitas kebahagian bisa dimiliki dan tidak dimiliki oleh siapapun. Berpikir bahwa salah satunya pasti sedih, jelas salah.

20. Sekali lagi. Dan lagi. Hati-hati. Di dalam pendapat orang selalu ada segala sesuatu yang harus diperiksa. Periksalah. Periksalah. Berdoalah agar selalu dilindungi dan diarahkan.

JIKA

21. Jika saja Tuhan tidak menurunkan hukum poligami. Tidakkan terbersit di pikiran kita bahwa tetap akan ada sekelompok orang yang bertanya,

” Mengapa Tuhan membatasi manusia pada pernikahan tunggal saja?” 

“Ini tidak adil dan melanggar hak asasi.”

Karena manusia selalu  memiliki kegemaran bertanya-tanya tentang segala sesuatu bukan?

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar