Jeda
Waktu mengulang ceritamu, dari gelas-gelas kaca, sengaja kau kucurkan gemericik.
Mataku pun mencermin di gelas matamu.
Dedaunan lebih tahu cara bersikap bijak pada letih.
Menyimpannya untuk kurun yang panjang.
Ketika Tuhan teteskan hujan, air mengalir ke dalam sunyi.
Lalu aku menangkupkan telapak tanganku.
Untuk hujanmu.
Aku telah lama tak berhitung.
Tak lagi mengenang bunyi bunyi di tanah kering dan basah.
Pintu dan jendela rumah kenangku berderak tak perlu, hingga langit memerah menjelang senja. Dalam kelam, waktu dapat kutidurkan, pulas di ranting usang.
Gelas-gelas tak lagi menyimpan cermin mataku pada matamu.
Air pikirku pada gemericikmu.
Ceritamu pada ulangku.
Hingga di suatu pagi yang ragu.
Senyapmu menetes di telapak tanganku.
Gemericik yang sama.
Ada jeda.
Ide kreatif oleh Suci "Karucit" Amanda. All Corpright by Nyalakan.com,