Sering Menghayal berada di luar tubuh, atau merasa melihat tubuh sendiri dari kejauhan? Atau sering merasakan hal-hal di sekeliling kita tidak nyata? Atau merasa hidup dalam mimpi? Jangan-jangan Depersonalization Disorders atau lebih dikenal dengan Gangguan Depersonalisasi dalam Bahasa Indonesia. Sebelum menerka-nerka atau menerawang. Mari Kita cari tahu apa itu Depersonalization Disorders. Yuk di baca lanjut ke bawah.
Gangguan Depersonalisasi (Depersonalization Disorders) terjadi ketika seseorang terus-menerus atau berulang kali memiliki perasaan bahwa hal-hal di sekitarnya adalah tidak nyata. Atau ketika memiliki perasaan bahwa dapat mengamati diri dari luar tubuhnya. Perasaan depersonalisasi dapat sangat mengganggu dan mungkin merasa seperti kehilangan pegangan pada realitas atau hidup dalam mimpi. Banyak orang memiliki pengalaman depersonalisasi pada beberapa titik kehidupan. Tetapi ketika perasaan depersonalisasi terus terjadi atau tidak pernah benar-benar berhenti, maka hal tersebut dianggap sebagai gangguan depersonalisasi. Gangguan depersonalisasi lebih umum pada orang yang pernah mengalami pengalaman traumatis. Gangguan depersonalisasi dapat parah dan mungkin mengganggu hubungan dengan orang sekitar, pekerjaan, dan kegiatan sehari-hari lainnya.
Depersonalisasi mencakup kehilangan atau perubahan temporer dalam perasan yang biasa mengenai realitas diri sendiri. Dalam suatu tahap depersonalisasi, orang merasa terpisah dari dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya. Mereka mungkin memiliki perasaan hidup dalam mimpi atau film atau bertingkah laku seperti robot (Maldonado, Butler, & Spiegel, 1998).
Gangguan Depersonalisasi lebih sering muncul pada remaja dan dewasa muda dengan ditandai perasaan hilangnya eksistensi diri. Mereka tiba-tiba merasa berbeda, tubuhnya secara drastis berubah dan menjadi berbeda. Sering mereka merasakan dirinya terlepas dari badan mereka sendiri dan menyaksikan apa yang terjadi pada badannya (out-of-body experiences) yang diikuti persepsi mengunjungi planet atau tempat lain. Depersonalisasi umumnya digambarkan sebagai perasaan terisolasi, tak bernyawa, aneh, dan asing; diri sendiri dan orang lain dianggap sebagai ‘otomat’, berperilaku mekanis (seperti robot), tanpa inisiatif atau pengendalian diri" (Kihlstrom, 2001 , hal 267).
Meskipun mereka merasakan sensasi yang aneh, orang-orang dengan depersonalisasi mempertahankan kontak dengan realitas. Mereka dapat membedakan kenyataan dari ketidaknyataan, bahkan selama episode depersonalisasi.Ingatan mereka baik dan mereka tahu dimana mereka berada, bahkan bila mereka tidak menyukai kondisi mereka saat itu. Perasaan depersonalisasi biasanya datang tiba-tiba dan menghilang secara bertahap.Gangguan depersonalisasi sering diakibatkan stress akut akibat penyakit menular, kecelakaan atau kejadian traumatik. Baca juga Perbedaan Panic Attack dengan Anxiety Disorders.
Seringkali mereka dapat berfungsi normal diantara dua episode gangguan. Pengalaman itu sendiri sering begitu menakutkan dan tak terpahami, yang mengakibatkan korban mengalami kecemasan berkaitan dengan keruntuhan mental seketika. Walaupun demikian, penentuan diagnosis ini tidaklah mudah karena perasaan depersonalisasi dapat muncul sebagai akibat dekompensasi atau pada kondisi Psikotik.
Perkembangan klinis gangguan Dipersonalisasi:
- Gangguan di mana adanya perubahan dalam persepsi atau pengalaman individu mengenai dirinya.
- Individu merasa “tidak riil” dan merasa asing terhadap diri dan sekelilingnya, cukup mengganggu fungsi dirinya.
- Memori tidak berubah, tapi individu kehilangan sense of self.
- Gangguan ini menyebabkan stress dan menimbulkan hambatan dalam berbagai fungsi kehidupan.
- Biasanya terjadi setelah mengalami stress berat, seperti kecelakaan atau situasi yang berbahaya.
- Biasanya berawal pada masa remaja dan perjalanannya bersifat kronis (dalam waktu yang lama).
- Pengalaman terus menerus atau berulang dari perasaan terpisah dari tubuh atau proses mental seseorang dan seolah-olah diri adalah seorang pengamat luar (misalnya, merasa seperti dalam mimpi).
- Selama pengalaman depersonalisasi, uji realitas tetap utuh.
- Depersonalisasi disebabkan oleh distress klinis yang signifikan atau gangguan di bidang sosial, bidang pekerjaan, atau fungsi area penting lainnya.
- Pengalaman depersonalisasi tidak terjadi secara khusus sepanjang gangguan mental lain, seperti skhizofrenia, gangguan panik, gangguan stress akut, atau gangguan disosiatif lain, dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya epilepsi lobus temporal).
Perspektif & Penyebab Berdasarkan Biopsikososiokultural
1. Perspektif Biologis
Penelitian mengenai perilaku disosiatif yang dihubungkan dengan disfungsi otak masih berada dalam tahap-tahap awal, namun bukti terakhir menunjukkan perbedaan dalam aktivitas metabolisme otak antara orang dengan gangguan depersonalisasi dan subjek yang sehat (Simeon dkk, 2000). Penemuan ini, yang mendekatkan pada kemungkinan adanya disfungsi di bagian otak yang terlibat dalam persepsi tubuh, dapat membantu menjelaskan perasaan terpisah dari tubuh yang diasosiasikan dengan depersonalisasi.Gangguan depersonalisasi dapat disebabkan oleh masalah psikologis (stress yang berat), neurologis (depersonaisasi biasanya merupakan gejala awal adanya masalah neurologis seperti misalnya tumor otak atau epilepsy) dan penyakit sistemik (gangguan tiroid atau pankreas).
2. Perspektif Psikososial
Menurut perspektif Psikodinamik, pada gangguan depersonalisasi orang berada di luar dirinya sendiri agar aman, dengan cara menjauhkan diri dari pertentangan gejolak emosional dalam dirinya. Menurut perspektif teori belajar dan teori kognitif melihat depersonalisasi sebagai suatu respon yang dipelajari yang meliputi proses tidak berpikir tentang tindakan atau pikiran yang mengganggu dalam rangka menghindari perasaan bersalah dan malu yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman tersebut. Kebiasaan tidak berpikir tentang hal-hal negatif dikuatkan dengan adanya perasaan terbebas dari kecemasan, atau dengan memindahkan perasaan bersalah atau malu. Baca juga Apa itu Anxiety Disorders dan 4 Penyebabnya.
3. Perspektif Sosiokultural
Gangguan depersonalisasi dapat muncul karena pengaruh keluarga dan kelompok sosial lainnya. Faktor budaya tidak berpengaruh terhadap gangguan ini, karena pada orang dewasa sebagian besar bisa mengalami depersonalisasi dalam keadaan stress berat. penyebab dan kejadiannya pada masyarakat tidak diketahui.
Prevensi
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
1. Konseling psikologis
Konseling psikologis akan membantu pasien memahami mengapa terjadi depersonalisasi dan melatih pasien untuk berhenti khawatir mengenai gejala yang terjadi. Gangguan depersonalisasi juga dapat membaik ketika konseling membantu dengan kondisi psikologis lain, seperti depresi.
2. Obat-obatan
Meskipun tidak ada obat khusus, namun sejumlah obat yang umumnya digunakan untuk mengobati depresi dan kecemasan juga dapat membantu kondisi gangguan depersonalisasi. Beberapa contoh yang telah ditunjukkan untuk meredakan gejala tersebut termasuk:
1. Fluoxetine (Prozac)
2. Clomipramine (Anafranil)
3. Clonazepam (Klonopin)
Contoh Kasus & Film Tentang Gangguan Depersonalisasi
Contoh Kasus:
Seorang mahasiswa 20 tahun khawatir bahwa dia akan gila. Selama dua tahun, ia memiliki pengalaman semakin sering mengalami perasaan "luar" dirinya. Selama episode tersebut, dia mengalami rasa "deadness" dalam tubuhnya. Dia lebih cenderung kehilangan keseimbangan selama episode yang terjadi ketika ia keluar di depan umum. Terutama kebohongan ketika merasa cemas. Selama episode ini, pikirannya tampak 'berkabut”,mengingatkan dia tentang kondisi pikiran ketika dia diberi suntikan obat nyeri yang terasa membunuh untuk operasi usus buntu lima tahun sebelumnya. Berbohong mencoba melawan episode ini ketika hal tersebut terjadi, dengan mengatakan" berhenti "untuk dirinya sendiri dan dengan menggelengkan kepalanya ini sementara akan menjernihkan kepalanya, tapi perasaan berada di luar dirinya dan rasa deadness lama akan kembali. Perasaan mengganggu secara bertahap akan memudar selama periode jam.
Pada saat ia mencari perawatan, ia mengalami episode ini sekitar dua kali seminggu, masing-masing berlangsung tiga sampai empat jam nilainya tetap tidak terganggu, dan bahkan terbukti dalam beberapa bulan terakhir, karena ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar. Namun ; pacarnya, tempat ia menceritakan masalahnya, merasa bahwa ia harus benar-benar “diserapdatang ke dalam dirinya” dan mengancam akan memutuskan hubungan mereka jika ia tidak mengubahnya. Dia juga mulai berkencan dengan pria lain. Diadaptasi dari Spitzer ET AL, 1994., PP. 270-271
Contoh Film: judul “NUMB”
Hudson Milbank menderita gangguan depersonalisasi. Ia merasa bahwa ia akan gila. Hudson merasa bahwa dunia yang ia alami terasa tidak nyata, keberadaannya terpisah dari yang lain. Ia merasa ia adalah pengamat dunia yang seolah-olah tidak nyata. Bahkan Hudson merasa bahwa bagian-bagian dari tubuhnya pun tidak nyata. Ia merasa tangannya berbeda dan tidak nyata. Hudson selalu menonton acara televisi yang sama setiap hari, yaitu channel acara golf. Hudson juga menjadi ‘shoplifts’ sekedar untuk menaikkan adrenalinnya dan merasakan bahwa dirinya menyatu dengan lingkungan (nyata). Bahkan Hudson memiliki kesulitan seksual.
Hudson sering bermimpi buruk tentang ibunya yang bersikap memusuhi Hudson sejak kecil, yaitu tidak membiarkannya masuk ke rumah saat hujan, dan mengusir Hudson berkali-kali. Bahkan setelah Hudson dewasa, ibunya tetap saja memusuhi Hudson. Sebelumnya Hudson memiliki ayah yang menyayanginya dan selalu membelanya dari ibunya. Namun akhirnya ayahnya tersebut meninggal dunia.
Hudson berkonsultasi ke beberapa psikiater dan psikolog. Banyak obat-obatan yang telah dikonsumsinya, namun periode depersonalisasi tetap saja ia alami. Ia terlihat melamun terus dan tak memiliki gairah hidup sama sekali. Sampai suatu hari Hudson bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Sara yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Namun karena Hudson memiliki masalah kesulitan seksual, maka Sara meninggalkannya dan pergi dengan laki-laki lain. Sejak saat itu Hudson berusaha keluar dari gangguan depersonalisasinya. Ia buang semua obat yang selama ini ia konsumsi, ia yakinkan diri sendiri bahwa ia bisa menyatu dengan dunia nyata dan berusaha melihat bahwa tangannya sendiri tidak aneh/berbeda lagi. Akhirnya Hudson berhasil benar-benar berada di dunia nyata, ia tidak menjadi pengamat luar dari dirinya lagi, juga dunianya. Hudson memutuskan untuk mencoba menjadi normal demi cintanya kepada Sara. Akhirnya mereka memutuskan untuk bersama kembali.
Demikianlah artikel mengenai Merasa Berada Di Luar Tubuh, Jangan-Jangan Depersonalization Disorders, Semoga artikel ini bermanfaat.
Daftar Pustaka:
DSM-IV-TR
Nevid, Jeffrey S/ Spencer A. Rathus/ Beverly Greene. 2000. Abnormal Psychology (In a
Changing World) Fourth Edition. New Jersey: Companion Website TM (Prent. Hall).
Butcher, James. N, Susan Mineka, Jill. M. Hooley. 2008. Abnormal Psychology Core
Concept. United States of American: Pearson.
Disadur dari berbagai sumber.