Nyalakan.com - Aku adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Aku tinggal bersama keluarga besarku. Dalam satu rumah ada Kakek,
Nenek, Ayah, Ibu dan dua saudara laki-laki ku. Tepat di bawah aku ada Ali dan
kemudian Hakim adikku yang paling bungsu. Jujur saja semua adalah semangat
hidupku. Bagiku mereka adalah segalanya.
Aku remaja putri yang sedang
menempuh pendidikan kelas akhir di MTsN Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Fadhillah begitu mereka memanggilku. Aku
merasa tertarik belajar di sini dengan motivasi utama adalah untuk memperdalam
ilmu agamaku. Dan jujur saja di sinilah aku merasa menikmati hijab yang aku
kenakan. Dan di sinilah aku ingin mencari tahu ungkapan mama pada ku. Ungkapan
yang membuat aku penasaran. Ungkapan yang membuatku gundah.
***
“Hijab itu indah,”
Begitulah ungkapan yang keluar
dari mulut ibuku. Menutup perbincangan kami malam ini. Akupun masuk ke dalam
kamar. Sepanjang malam terbentang hanya kata-kata itu yang terngiang dalam
pikiran ku. Hingga jam sebelas malam
mataku masih menganga seakan ingin melahap langit-langit kamarku. Dalam benakku masih meletup-letup seribu
pertanyaan.
“Apa itu hijab? Dan Kenapa hijab
itu indah?”
Sebenarnya suadah ada sedikit
pengetahuanku tentang hijab. Hal itu aku dapatkan dari hobiku berselancar di
dunia maya dan beberapa penjelasan guru agamaku. Namun hatiku belum puas dengan
pengetahuan yang aku peroleh tentang hijab. Entah mengapa aku merasa tertarik
dengan hijab. Entah karena aku penasaran atau karena ada sesuatu yang lain.
“Masa bodo ah..” Aku bergumam
dalam hati.
Paginya aku bangun jam enam, Aku
langsung bergegas ke sumur untuk mandi dan berwudhu. Setelah itu melaksanakan
sholat subuh. Ternyata Ibu telah bangun lebih awal dari kami. Seperti biasa,
Ibu menyiapkan sarapan pagi dan bekal untuk adik.
“Kenapa terlambat sayang” Ibuku
memulai obrolan sambil menyodorkan roti berselai coklat bertabur keju kepadaku.
Aku menerimanya.
“Lagi gak enak badan bu, Jadi
telat deh” Jawabku kemudian menggigit ujung roti yang diberikan ibu.
“Mau ibu bikinkan teh herbal
madu” Ibu menawarkan resep canggihnya yang kuno. Karena selama keluarga ini
demam, maka ramuan teh herbal Ibu terbukti mempan mengusir gejala demam di
keluaga ini.
“Gak usah bu, Ntar juga baikan
ko” Jawabku menolak tawaran ibu, Walaupun terbukti ampuh, Tapi aku tetap merasa
tidak cocok dengan sentuhan jahe pada teh herbal Ibu. Rasanya hangat tapi
sedikit menggigit.
Dalam hati sebenarnya aku sangat
merasa berdosa telah menolak tawaran ibu. Tapi apa daya hari ini aku memang
tidak ingin meminum teh herbal itu.
“Ibu, Aku pamit ya,
Assalamualaikum” Ku salami ibu yang komat kamit menjawab salamku penuh.
Sambil mengantarku sampai ke
beranda. Ibu mengingatkan kembali aku untuk menchek kondisi motor kesayangan
ku. Motor yang mengantarku ke sekolah setiap harinya.
***
Sepanjang perjalanan, benakku
masih buncah dengan ungkapan ibu tentang hijab itu indah.
“Ah kenapa tidak aku tanyakan
saja pada Sri” Ucapku tiba-tiba
“Bukannya Dia lebih tahu dan
punya latar keluarga Muslim taat, Ya stidaknya begitulah yang terlihat olehku
selama ini” Kata-kata itu meluncur begitu saja di pikiranku bagaikan seperti di
dalam sinetron.
Memasuki gerbang MTsN Koto Baru,
Aku merasakan ada damai menyeruak di relung hati ini. Mungkin karena di sini
aku mendapatkan banyak teman, Teman yang baik hati, Setia dan Penuh perhatian.
Ya salah satunya adalah Sri yang di dalam perjalanan tadi melintas di
fikiranku.
Sesampainya di depan kelas ku
melihat Sri sedang duduk membaca buku, Seperti hari biasanya. Dia tidak pernah
lepas dari buku dan selalu dengan buku. Mungkin karena itulah pemikirannya
sedikit lebih tua dari umurnya. Ku hampiri dan ku pegang pundak Sri. Sri
-menyanggam- memandang ke arahku.
“Kenapa Ummy Atisah yang Cantik
cetar dan membahana” Sri memulai obrolannya, Meski seorang kutu buku. Sri
tetaplah makhluk lebay dan super lebay. Paling tidak begitulah yang ku tahu
selama ini. Mungkin karena kebanyakan baca buku panduan “bagaimana ber-standup-
komedi yang baik” kali ya.
“Humm… “ Aku menghela nafas.
Tidak tahu harus mulai dari mana. Semua serasa huruf “z” saja bagiku. Sri
menatapku dalam, perlahan tangannya meraba keningku. Aku sedikit merasa tersinggung karena perlakuannya.
“Kamu sehat..?” Tanya Sri padaku.
“Sehat donk” Timpalku memecah
kekakuan yang tercipta.
“Trus kenapa mesra sekali pagi
ini, Pake pegang-pegang pundak segala?” Sri membrondolku dengan pertanyaan.
“Begini Sri, Malam tadi Ibuku
mengatakan padaku kalau Hijab itu indah. Maukah Kamu menjelaskan hal itu
kepadaku? Apa itu hijab? Kenapa hijab itu indah?” Aku balik membrondol gadis
ayu ini dengan pertanyaan yang sudah aku siapkan dari semalam dan terfikirkan
tadi waktu di jalan.
“Fadhillah, Hijab itu merupakan
perisai untuk melindungi kita dari kejahatan Nafsu laki-laki. Hijab itu
melindungi seluruh anggota tubuh kita. Apabila kita telah berhijabkan raga,
Maka jiwa pun harus kita hijabkan” Jelas Sri panjang kali lebar.
“Hijab jiwa ini maksudnya adalah
bagaimana usaha kita untuk menjaga hati, agar tetap istiqomah” Tambah Sri.
“ Lalu kenapa Hijab itu indah?”
Aku kembali bertanya. Sri tersenyum simpul.
“Hijab itu indah, Karena dengan
mengenakan Hijab yang sesuai syariat, Maka Insya Allah semua mata yang memandang
kepada kita. Akan tertunduk dan kita akan terjaga dari tidak baiknya nafsu para
lelaki. Dan dengan hijab itu, Seorang perempuan akan terlihat cantik dan
anggun” Tambahnya sambil tersenyum memandangku.
“Oh,, Terimakasih Sri” Ucap ku.
“Semoga kita, Aku dan Kau, serta
wanita Muslim lainnya bisa Istiqomah dalam mengenakan Hijab” Tutup Sri diiringi
bel yang dibunyikan oleh Pak Warsito pertanda jam pertama sudah akan dimulai.
Semua perkataan Sri akan selalu
aku ingat. Sekarang hatiku sudah damai dan tentram. Sekarang hatiku yakin kalau
Islam itu memang warbiaaasyah. Mulai hari ini Aku sangat gembira dan telah
menemukan jawaban kenapa hijab itu indah.
Aku telah belajar banyak tentang
hijab dari internet dan khususnya sahabat karibku Sri. Mulai dari cara
berpakaian dan cara melakukan serta berbuat sesuatu. Karena hijab akan
menutupi segalanya. Dan sekarang aku paham secantik apapun seorang Muslimah
jika tidak berhijab. Maka tetap saja ada yang kurang padanya.
Hijab itu indah.
Cerpen "Hijab Itu Indah" adalah hasil goresan tinta Atisah Raihan Fadhillah siswi kelas IX.6 MTsN Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Cerpen di seleksi ketat oleh Guru Bahasa Indonesia Ibu Asrama Dahayati, S.Pd.I, Fide Baraguma, S.Pd, dan Kartikawati, S.Pd dan sebagai editor adalah Afriant Ishaq. Untuk Kamu yang ingin juga menjadi content writer seperti mereka di atas silahkan layangkan langsung berkasnya melalui email di sini [uncchu@gmail.com]