Nyalakan.com - Sel kanker membelah lebih cepat dibanding sel yang sehat, sehingga pengobatan kemoterapi sangat cocok untuk membunuh sel-sel kanker tersebut. Sayangnya, sel sehat yang berkembang cepat juga dapat terbunuh karena kemoterapi. Ada beberapa macam obat yang digunakan untuk kemoterapi, masing-masing memiliki efek samping yang berbeda. Setiap orang juga akan berbeda-beda menerima respon kemoterapi.
Efek yang ditimbulkan pada setiap orang dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti riwayat masalah kesehatan sebelumnya, umur, serta gaya hidup. Mungkin seseorang bisa saja mengalami sakit yang luar biasa, sedangkan pada orang lain, obat yang digunakan mungkin tidak akan menimbulkan efek samping yang berarti.
Apa saja efek samping kemoterapi yang mungkin terjadi?
Efek yang ditimbulkan dapat membuat Anda stres dan kewalahan, namun seringnya tidak menimbulkan dampak sangat serius bagi kesehatan Anda. Berikut ini adalah efek yang dapat dialami pasien yang melakukan kemoterapi:
1. Kelelahan
Hal ini merupakan salah satu efek samping kemoterapi. Hampir setiap orang akan merasakan kelelahan sesudah kemoterapi. Anda dapat mengidentifikasinya dengan cara; Anda benar-benar merasa lelah, atau Anda lelah ketika melakukan kebiasaan harian yang normal. Sebaiknya, ketika menghadapi kemoterapi, sangat penting untuk mendapatkan istirahat yang cukup. Hindari melakukan tugas atau kegiatan yang membuat Anda kesulitan melakukannya.
Jika Anda senang melakukan olahraga, Anda tetap bisa melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki atau yoga. Olahraga dapat membangkitkan energi, namun yang perlu diingat, jangan memaksakan diri terlalu keras. Jika Anda memiliki perkerjaan, Anda bisa tanyakan pada rekan kerja dan kolega, apakah ada masalah atau tidak ketika Anda bekerja paruh waktu hingga kemoterapi selesai. Yang perlu Anda perhatikan adalah ketika Anda merasa kelelahan lebih dari biasanya dan merasa napas Anda mulai pendek-pendek, segera kunjungi dokter.
2. Mual dan muntah
Kedua hal tersebut adalah efek yang biasa dialami seseorang ketika yang melakukan kemoterapi. Pengobatan antiemetik mungkin akan diberikan untuk membantu mengendalikan gejala mual dan muntah. Antiemetik yang mungkin diberikan dapat berupa:
3. Rambuk rontok
Rambut rontok adalah hal yang biasa diami ketika melakukan kemoterapi. Normalnya, rambut akan mulai rontok pada minggu pertama hingga ketiga setelah dosis pertama dimulai. Seseorang akan mengalami kerontokan rambut yang terlihat jelas setelah satu hingga dua bulan. Hal ini juga dapat berdampak pada kulit kepala Anda. Rontoknya rambuk tidak hanya terjadi pada bagian kepala, namun juga pada bagian tubuh lain seperti lengan, kaki dan wajah.
Jika Anda merasa kerontokan tersebut mengganggu, Anda bisa berbicara dengan tim medis Anda mengenai hal tersebut. Mereka akan membantu Anda untuk menanganinya. Beberapa alternatif juga bisa dilakukan seperti mengenakan wig atau rambut palsu untuk sementara waktu. Walaupun kerontokan rambut mengganggu, hal ini hanyalah sementara. Rambut akan kembali tumbuh setelah pengobatan selesai. Beberapa orang mengakui bahwa rambut yang tumbuh berbeda dengan rambut mereka sebelumnya, bisa terdapat perbedaaan warna atau jenis rambut (keriting atau lurus).
4. Peningkatan risiko infeksi
Kemoterapi dapat mengurangi imunitas tubuh Anda, sebab sel darah putih pengalami penurunan. Anemia dapat terjadi sebab tubuh juga kurang dalam memproduksi sel darah merah. Anda akan merasa cepat lelah, kulit pucat, sulit berpikir, merasa kedinginan dan merasa melayang. Antibiotik mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko berkembangnya infeksi. Anda juga perlu melakukan beberapa hal untuk melindungi diri dari infeksi, seperti:
Selain sel darah darah putih yang menurun, level sel darah merah juga mengalami penurunan. Sel darah merah dapat membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika sel tersebut turun drastis, tubuh akan kehilangan beberapa oksigen dan memicu anemia. Beberapa gejala berupa:
Anda mungkin akan membutuhkan transfusi darah untuk meningkatkan sel darah merah. Pengobatan lain seperti erythropoietin (EPO) dapat menstimulasi produksi sel darah. Anda juga bisa memakan makanan kaya akan zat besi, seperti:
6. Perdarahan dan memar
Kemoterapi juga dapat membuat Anda rentan terhadap perdarahan dan memar, seperti memar pada kulit, mimisan, dan gusi berdarah. Anda perlu memberi tahu dokter Anda, mungkin Anda akan membutuhkan trombosit lebih.
7. Mucositis
Pada beberapa kasus, kemoterapi dapat menyebabkan peradangan pada jaringan lapisan lembut di sistem pencernaan dari mulut hingga anus, yang dikenal sebagai mucositis. Seseorang yang mendapat dosis tinggi kemoterapi dapat mengalami hal ini. Mucositis muncul pada 7 hingga 10 hari setelah kemoterapi dilakukan. Anda akan menemukan bisul pada mulut dan dapat membuat Anda merasa sakit ketika makan.
8. Lemahnya memori dan konsentrasi
Beberapa orang mengalami lemahnya memori dan konsentrasi jangka pendek. Anda akan menemukan bahwa rutinitas harian Anda akan memakan waktu yang lebih untuk diselesaikan. Namun, gejala ini akan hilang setelah pengobatan selesai.
9. Kesuburan
Beberapa orang mungkin akan kehilangan gairah seksual. Hal ini sementara saja, setelah pengobatan selesai, akan kembali seperti biasa. Kemoterapi juga bisa membuat baik laki-laki maupun perempuan mengalami masalah reproduksi berupa infertilitas.
Apa saja efek samping kemoterapi yang mungkin terjadi?
Efek yang ditimbulkan dapat membuat Anda stres dan kewalahan, namun seringnya tidak menimbulkan dampak sangat serius bagi kesehatan Anda. Berikut ini adalah efek yang dapat dialami pasien yang melakukan kemoterapi:
1. Kelelahan
Hal ini merupakan salah satu efek samping kemoterapi. Hampir setiap orang akan merasakan kelelahan sesudah kemoterapi. Anda dapat mengidentifikasinya dengan cara; Anda benar-benar merasa lelah, atau Anda lelah ketika melakukan kebiasaan harian yang normal. Sebaiknya, ketika menghadapi kemoterapi, sangat penting untuk mendapatkan istirahat yang cukup. Hindari melakukan tugas atau kegiatan yang membuat Anda kesulitan melakukannya.
Jika Anda senang melakukan olahraga, Anda tetap bisa melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki atau yoga. Olahraga dapat membangkitkan energi, namun yang perlu diingat, jangan memaksakan diri terlalu keras. Jika Anda memiliki perkerjaan, Anda bisa tanyakan pada rekan kerja dan kolega, apakah ada masalah atau tidak ketika Anda bekerja paruh waktu hingga kemoterapi selesai. Yang perlu Anda perhatikan adalah ketika Anda merasa kelelahan lebih dari biasanya dan merasa napas Anda mulai pendek-pendek, segera kunjungi dokter.
2. Mual dan muntah
Kedua hal tersebut adalah efek yang biasa dialami seseorang ketika yang melakukan kemoterapi. Pengobatan antiemetik mungkin akan diberikan untuk membantu mengendalikan gejala mual dan muntah. Antiemetik yang mungkin diberikan dapat berupa:
- Berbentuk tablet dan kapsul – yang dapat ditelan atau diletakkan di pangkal lidah
- Berupa injeksi
- Sebagai supositoria – kapsul yang akan dimasukkan melalui bokong sehingga dapat larut
- Anda harus tetap mengonsumsi antiemetik bahkan ketika Anda tidak merasakan sakit, karena jika menghentikannya, gejala tersebut bisa kambuh kembali. Namun obat ini memiliki efek samping berupa sembelit, gangguan tidur seperti insomnia, sakit kepala, dan gangguan pencernaan.
3. Rambuk rontok
Rambut rontok adalah hal yang biasa diami ketika melakukan kemoterapi. Normalnya, rambut akan mulai rontok pada minggu pertama hingga ketiga setelah dosis pertama dimulai. Seseorang akan mengalami kerontokan rambut yang terlihat jelas setelah satu hingga dua bulan. Hal ini juga dapat berdampak pada kulit kepala Anda. Rontoknya rambuk tidak hanya terjadi pada bagian kepala, namun juga pada bagian tubuh lain seperti lengan, kaki dan wajah.
Jika Anda merasa kerontokan tersebut mengganggu, Anda bisa berbicara dengan tim medis Anda mengenai hal tersebut. Mereka akan membantu Anda untuk menanganinya. Beberapa alternatif juga bisa dilakukan seperti mengenakan wig atau rambut palsu untuk sementara waktu. Walaupun kerontokan rambut mengganggu, hal ini hanyalah sementara. Rambut akan kembali tumbuh setelah pengobatan selesai. Beberapa orang mengakui bahwa rambut yang tumbuh berbeda dengan rambut mereka sebelumnya, bisa terdapat perbedaaan warna atau jenis rambut (keriting atau lurus).
4. Peningkatan risiko infeksi
Kemoterapi dapat mengurangi imunitas tubuh Anda, sebab sel darah putih pengalami penurunan. Anemia dapat terjadi sebab tubuh juga kurang dalam memproduksi sel darah merah. Anda akan merasa cepat lelah, kulit pucat, sulit berpikir, merasa kedinginan dan merasa melayang. Antibiotik mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko berkembangnya infeksi. Anda juga perlu melakukan beberapa hal untuk melindungi diri dari infeksi, seperti:
- Menjaga kebersihan tubuh. Rutinitas mandi harus selalu dijalankan setiap harinya. Pastikan juga baju, handuk, dan seprai selalu rutin dicuci.
- Hindari melakukan kontak dengan orang yang terkena infeksi – contohnya seperti infeksi flu dan cacar air.
- Bersihkan tangan Anda secara rutin dengan sabun dan air panas – Anda bisa melakukannya sehabis dari toilet dan sebelum menyiapkan makanan.
- Jika Anda merasa tak yakin, Anda bisa melakukan tes darah untuk mengetahui kapan Anda rentan terhadap infeksi. Mungkin, ada tambahan-tambahan lain yang akan dokter Anda berikan, sebab ada beberapa orang yang perlu menghindari tempat ramai dan menggunakan transportasi umum sehabis kemoterapi atau ketika imunitas melemah.
Selain sel darah darah putih yang menurun, level sel darah merah juga mengalami penurunan. Sel darah merah dapat membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika sel tersebut turun drastis, tubuh akan kehilangan beberapa oksigen dan memicu anemia. Beberapa gejala berupa:
- Kelelahan
- Kehilangan energi
- Napas pendek
- Detak jantung tak beraturan
Anda mungkin akan membutuhkan transfusi darah untuk meningkatkan sel darah merah. Pengobatan lain seperti erythropoietin (EPO) dapat menstimulasi produksi sel darah. Anda juga bisa memakan makanan kaya akan zat besi, seperti:
- Sayuran hijau gelap
- Roti yang kaya akan zat besi
- Kacang polong
- Daging
- Apricot
- Kismis
6. Perdarahan dan memar
Kemoterapi juga dapat membuat Anda rentan terhadap perdarahan dan memar, seperti memar pada kulit, mimisan, dan gusi berdarah. Anda perlu memberi tahu dokter Anda, mungkin Anda akan membutuhkan trombosit lebih.
7. Mucositis
Pada beberapa kasus, kemoterapi dapat menyebabkan peradangan pada jaringan lapisan lembut di sistem pencernaan dari mulut hingga anus, yang dikenal sebagai mucositis. Seseorang yang mendapat dosis tinggi kemoterapi dapat mengalami hal ini. Mucositis muncul pada 7 hingga 10 hari setelah kemoterapi dilakukan. Anda akan menemukan bisul pada mulut dan dapat membuat Anda merasa sakit ketika makan.
8. Lemahnya memori dan konsentrasi
Beberapa orang mengalami lemahnya memori dan konsentrasi jangka pendek. Anda akan menemukan bahwa rutinitas harian Anda akan memakan waktu yang lebih untuk diselesaikan. Namun, gejala ini akan hilang setelah pengobatan selesai.
9. Kesuburan
Beberapa orang mungkin akan kehilangan gairah seksual. Hal ini sementara saja, setelah pengobatan selesai, akan kembali seperti biasa. Kemoterapi juga bisa membuat baik laki-laki maupun perempuan mengalami masalah reproduksi berupa infertilitas.