MTsN kobar - Jujur saja deh, selama ini, ketika kita masih di SD, kita ingin cepat-cepat masuk SMP. Sudah di SMP, ingin segera mengenakan seragam putih abu-abu di SMA. Nah, di SMA, kebanyakan kita biasanya kepentok: mau kemana dan mau setelah ini? Lulus? Tidakkah terpikirkan betapa “ngerinya” gerangan kata itu?
Memang sih sepertinya tidak banyak bermasalah buat mereka yang kaya alias banyak duit. Artinya jalan setelah SMA terus saja diterabas. Hanya dari sekian banyaknya, kita juga sadar, yang pas-pasan, juga jauh lebih banyak lagi. Bagi sebagian banyak dari kita, lulus berarti tamat, dan hidup berhenti di suatu tempat. Bagaimana tidak, mau melanjutkan kuliah, antara ke sekolah negeri atau swasta, beda biayanya cuma sebatas kulit ari alias tipis sekali; sama-sama mahal! Mau kerja? Itu dia, kerja apa yang bisa memadai dengan cuma sebatas selembar ijazah SMA atau sederajat? Jangan heran saja kalo kemudian, jumlah pengangguran remaja di Indonesia semakin banyak saja!
Tentu kita amat sadar bahwa siapapun setelah SMA, hidup berada di tepi jurang. Bagi mereka yang sepertinya tidak mungkin untuk melanjutkan studi dulu, dan lagi menunggu-nunggu panggilan kerja yang tidak kunjung datang, siap-siap saja mengalami krisis identitas—merasakan sebuah keberadaan yang jadi tidak jelas. Ya di keluarga, di lingkungan sekitar.
Bagaimana tidak, coba saja banyangkan, siapa yang nyaman jika hidup kita tiba-saja tiba berubah jadi sesuatu yang tidak produktif? Ketika masih sekolah, setidak-tidaknya seseorang masih punya status yang jelas. Mungkin jadi tidak heran kalau kebanyakan remaja sekarang ini “terjerumus” bergaul dengan teman-teman yang “kerjaannya nonkgrongin” jalan, atau lebih parahnya jadi preman.
Nah, kita musti ingat, kita mungkin boleh miskin, boleh tidak punya duit banyak buat kuliah. Kita juga boleh jadi manusia yang tidak jelas karena tidak ketahuan nasibnya karena tidak punya kerjaan. Tapi jangan sampai kita jadi kehilangan motivasi hidup atau jadi tidak punya visi lagi. Kata seseorang, orang yang punya rencana atau peta dalam hidupnya akan membuat suatu kemajuan walau cuma sedikit, walau banyak menemui rintangan. Sedangkan orang yang tidak punya rencana, tidak akan menemui kemajuan walau pun jalan hidupnya mulus-mulus aja.
Di situlah letak permasalahannya! Jujur saja lagi, kalau kebanyakan dari kita lebih banyak punya prinsip “biarkan hidup mengalir apa adanya.” Biarkan apa yang esok akan terjadi pada kita. Padahal bukan seorang muslim jika ia tidak punya rencana untuk hidupnya hari ini, dan juga esok hari.
Jadi, hiduplah dengan mimpi. Dengan keinginan-keinginan. Dengan doa dan harapan. Semoga! (Mokasi)
Ditulis Oleh Adi via Remaja Islam